Pelantikan ORMAWA Fakultas Syari’ah dan Adab UNUGIRI BOJONEGORO Resmi Digelar, Tekankan Pentingnya Pembentukan Karakter Melalui Organisasi
December 5, 2025
bsa.unugiri.ac.id, Bojonegoro – Prodi Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri) menggelar Visiting Professor dengan mendatangkan Prof. Dustin Carrel Cowell dari University of Wisconsin-Madison USA sebagai narasumber. Kegiatan tersebut berlangsung di ruang Smartclass Pascasarjana Unugiri, Senin (15/12/2025).
Mas Tajuddin Ahmad, Ketua Prodi BSA, menyampaikan apresiasi atas dukungan kampus terhadap kegiatan ini.
“Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan penuh kampus kepada Program Studi Bahasa dan Sastra Arab,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa kehadiran narasumber Internasional dari Amerika Serikat ini menjadi langkah awal penguatan jejaring global serta sebagai bentuk upaya Prodi BSA Unugiri menuju World Class University (WCU) khususnya dalam pengembangan kajian sastra Arab di era digital.
Sementara itu, Dekan Syariah dan Adab (FSA), Agus Sholahuddin Shidiq, menyampaikan harapan agar kegiatan tersebut memberikan wawasan dan manfaat luas bagi para mahasiswa.
“Saya berharap kegiatan ini dapat memberikan wawasan yang luas dan manfaat nyata bagi mahasiswa, serta menjadi motivasi untuk terus belajar dan meng-upgrade kemampuan di bidang sastra Arab,” ujarnya.
Agus, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa pada hakikatnya mempelajari bahasa berarti memahami budaya. Ia juga menyampaikan bahwa kegiatan ini bisa menjadi langkah cepat untuk mewujudkan WCU.
“Kegiatan ini menjadi langkah awal yang baik bagi Unugiri untuk mempercepat terwujudnya kampus bertaraf internasional yang bermanfaat bagi masyarakat Bojonegoro dan Indonesia,” tutupnya.
Acara tersebut mengusung tema “Budaya Sastra Arab di Era Digital: Pelestarian, Inovasi, dan Transformasi” yang dibawakan oleh seluruh mahasiswa BSA Unugiri.
Tema tersebut menyoroti bahwa Sastra Arab, yang merupakan pilar penting peradaban Islam dan Arab, kini tengah menghadapi era transformasi signifikan seiring dengan masifnya gelombang digitalisasi.
Prof Dustin Carrell Cowell, selaku narasumber menjelaskan bahwa era digital telah mengubah cara sastra dikonsumsi, disimpan, dan dikonsumsi. Upaya pelestarian warisan budaya Arab, kata Dustin menjadi fokus utama di ruang digital.
Menurut Dustin, ada tiga aspek utama pelestarian yang tengah dilakukan:
1. Digitalisasi Naskah: Proses pemindaian naskah resolusi tinggi terhadap manuskrip klasik dan kitab turāth. Contoh konkretnya adalah digitalisasi manuskrip puisi Jahiliyyah dan kitab sastra klasik yang dapat ditemukan di Qatar Digital Library dan British Library.
2. Akses Global: Digitalisasi memungkinkan teks sastra Arab diakses secara lebih luas dan lintas geografis melalui perpustakaan dan arsip digital bold seperti World Digital Library dan Gallica.
3. Perlindungan Fisik: Penyimpanan digital, termasuk cadangan data, berfungsi melindungi naskah fisik dari risiko kerusakan akibat usia, iklim, atau bencana.
Dustin juga menyebutkan bahwa Sastra Arab secara historis terbagi dalam tiga era, mulai dari Pra-Islam (syair jahiliyah) yang berfungsi melestarikan bahasa, hingga Periode Klasik (prosa ilmiah dan sastra keagamaan), hingga Sastra Modern yang mengangkat isu sosial, identitas, dan globalisasi.
Selain pelestarian, kata Dustin, teknologi juga mendorong lahirnya bentuk-bentuk baru ekspresi sastra Arab, atau yang dikenal sebagai Sastra Digital (Sastra Digital).
Beberapa bentuk inovasi yang muncul menurut Dustin antara lain:
• Puisi Interaktif: Puisi yang melibatkan pembaca secara langsung melalui elemen klik, audio, atau visual, yang meningkatkan pengalaman estetika pembaca.
• Narasi Multimedia: Penggabungan teks, gambar, audio, dan video untuk menghadirkan karya yang lebih dinamis dan kontekstual.
• Blog Sastra dan Cerpen Daring: Platform ini memberikan ruang ekspresi bebas yang cepat dan luas bagi penulis muda Arab dan mempercepat distribusi karya.
Menurut Dustin, transformasi tersebut secara fundamental mengubah cara karya sastra ditulis, disebarkan, dan dibaca, serta memunculkan komunitas sastra virtual dan interaksi yang lebih besar antara penulis dan pembaca.
Tantangan dan Masa Depan Kolaboratif
Meskipun digitalisasi membawa manfaat besar, Dustin mengatakan bahwa masih ada tantangan yang harus dihadapi, seperti kesenjangan literasi digital (seperti akses terhadap arsip digital) dan keterbatasan infrastruktur internet dan perangkat di beberapa wilayah.
Untuk mengatasi hambatan dan memaksimalkan potensi era digital, Dustin menekankan pentingnya kolaborasi. Hal tersebut, kata Dustin, guna menyatukan arsip dan karya sastra yang saat ini terpisah-pisah.
“Pentingnya kolaborasi akademisi, sastrawan, dan lembaga budaya untuk menyatukan arsip dan karya sastra yang saat ini terpisah-pisah,” ujarnya.
Dustin berharap bahwa peran teknologi akan terus menjadikan Sastra Arab relevan bagi generasi muda, sekaligus mempertahankan nilai historis, linguistik, dan sastranya.
Pewarta: Husnul K.
