Sharing Session! Penerbit Navila: Walau Sekarang Zamannya Sosmed, Teks Tetap Penting

bsa.ac.id- Mahasiswa Praktik Kerja Lapangan (PKL) prodi Bahasa dan Sastra Arab (BSA) Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (Unugiri) melakukan Sharing Session bersama Penerbit Navila di pondok pesantren Baitul Kilmah Desa Pajangan, Bantul, Yogyakarta pada Jumat (19/4/2024).

Kegiatan yang dipandu oleh Muhammad Saleh selaku penerbit Navila ini, membahas sekilas perjalanannya yang fokus pada penerbitan karya sastra Arab, cuplikan beberapa buku tentang sastra Arab dan berbagai polemiknya terhadap zaman seperti sekarang ini.” Walaupun sekarang zamannya sosial media, tapi teks itu tetap penting”. Ucap Penulis lulusan hukum sekaligus pengurus Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DIY tersebut.

Disamping itu, ia juga menuturkan bahwa sastra Arab tetap memiliki keindahan dan kebahasaan yang luas. Dirinya mengaku bahwa hebatnya susunan kalimat tersebut dapat menjadi senjata ampuh dalam merayu. “Syair Arab itu bakal bisa ngerayu siapapun dengan mudah kalau bisa menguasai sastra Arab”. Jelasnya.

Adapun dalam menggelutinya harus disertai dengan imajinasi tanpa batas. Pengolahan katanya pun memiliki kekuatan tersendiri terhadap pembacanya.

Penerbit Navila yang biasa disapa Saleh tersebut, menyatakan bahwa ilmu itu derajatnya tinggi. Oleh karena itu, jangan jadikan ilmu untuk mencari uang, karena ilmulah yang akan menariknya. Dirinya juga mengatakan jika jangan hanya berfokus terhadap profesi yang selaras dengan jurusan. Karena ilmu, sejatinya merupakan sarana untuk mengembangkan diri, bukan mencari uang.

“Ubah mindset kalian! jangan terpaku dengan kewajiban mengikuti PKL saja, tapi hadirkanlah diri kalian dan apa yang dibutuhkan untuk berkembang.” Tutur Founder Quantum of Mind Indonesia tersebut.

Disisi lain, Saleh pernah mengalami suatu kejadian dalam penerjemahan, yakni mendapati satu kata dalam novel Layla Majnun yang memakan durasi hingga 9 bulan lamanya serta mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Begitupun dalam pencetakan buku, hanya beberapa yang terjual. Tidak sebanding dengan prosesnya. Itupun karena pembeli memang membutuhkan buku genre tersebut untuk sebuah penelitiannya. Diluar hal itu, banyak masyarakat yang malah meminjam bukunya, bukan membelinya. “Ada juga yang hobi baca tapi tidak punya buku, akhirnya pinjam. Dalam sebulan buku kembali semua dalam keadaan lecek. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan Navila mengalami kerugian”. Ungkapnya.

Walaupun begitu adanya, Percetakan Navila tetap memproduksi dari tahun 2000 hingga sekarang. Percetakan yang hanya fokus pada karya sastra Arab tersebut, bukan berarti tenggelam seiring perkembangan zaman. Justru banyak sastrawan yang terinspirasi dari karya-karya sastra Arab tersebut sebagai rujukan. Tak sedikit juga yang menyadur dan menerjemahkan dalam bentuk berbagai bahasa.